Indonesia adalah negara yang menyimpan kekayaan alam berlimpah. Keanekaragaman hayati yang dimiliki negara dengan lebih dari 17 ribu pulau ini, tak diragukan lagi. Tak heran jika Indonesia disebut dengan negara mega biodiversity. Hal yang membuat keanekaragaman hayati Indonesia begitu kaya dikarenakan letak geografisnya.
Bentang alam bumi nusantara membentuk bio region flora fauna Asia dan Australia. Membentuk garis Wallacea serta biogeografi Weber dan Lydekker. Hal ini pula yang membuat bumi Nusantara menyimpan kekayaan hayati yang begitu tinggi. Bahkan mungkin lebih tinggi dibandingkan Brazil.
Dalam buku berjudul “Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia” yang diterbitkan oleh LIPI (sekarang BRIN) tahun 2014, di Indonesia tercatat ada 1.500 jenis alga, 80.000 jenis tumbuhan berspora (seperti Kriptogam) berupa jamur, 595 jenis lumut kerak, 2.197 jenis paku-pakuan serta 30.000 hingga 40.000 jenis flora tumbuhan berbiji. Angka tersebut mencakup 15,5% dari total jumlah flora di dunia.
Tak hanya itu, kekayaan fauna Indonesia juga melimpah. Tercatat ada 8.157 jenis fauna vertebrata seperti burung, mamalia, ikan dan herpetofauna. Indonesia juga memiliki 1.900 jenis kupu-kupu atau sepuluh persen dari total yang ada di dunia.
Kekhasan flora fauna endemik juga dimiliki oleh Indonesia. Negara yang sangat kaya ini tercatat memiliki fauna endemik seperti 270 jenis mamalia, 386 jenis burung, 328 jenis reptile, 204 jenis amphibian dan 280 jenis ikan. Sementara flora endemik Indonesia tercatat sekitar 40 hingga 50 persen di setiap pulau. Kecuali Sumatera yang tingkat endemisitasnya 23 persen.
Deretan angka jenis flora dan fauna yang ada di Indonesia tersebut, tentu belum semuanya teridentifikasi. Masih banyak jenis yang belum teridentifikasi. Padahal keanekaragaman hayati merupakan aset yang sangat penting bagi keberlangsungan manusia dan bumi. Masih banyak flora fauna yang belum diketahui jenis dan manfaat yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan manusia. Baik sebagai sumber pangam, obat-obatan, energi dan sebagainya.
Hal ini terjadi karena kurangnya ahli taksonomi. Data yang tersebar tercerai berai dan belum terdokumentasi dengan baik. Ditambah luasnya wilayah Indonesia juga jadi hambatan masih banyak yang belum teridentifikasinya keanekaragaman hayati yang ada.
Kesadaran akan hal tersebut, sebenarnya sudah ada sejak lama. Pada tahun 1989, Pemerintah Indonesia mendirikan Herbarium Wanariset. Ia diprakarsai atas kerjasama antara Departemen kehutanan Indonesia dengan Rijksherbarium Leiden dan Tropenbos Foundation Belanda. Tujuan dirikannya lembaga tersebut adalah untuk mendokumentasikan keanekaragaman flora terkhusus yang ada di daratan pulau Kalimantan.
Pengelolaan herbarium ini mengalami beberapa kali perubahan. Di awal berdirinya, kala itu Menteri Kehutanan Hasjrul Harahap menunjuk Badan Litbang dan Balai Penetian Kehutanan Samarinda sebagai organisasi teknis yang mengelola Herbarium Wanariset. Sejak tahun 1994, Herbarium wanariset terakreditasi dan terdaftar dalam Index Herbariorum dengan singkatan “WAN”.
Dalam perjalananya di tahun 2002, Herbarium Wanariset kemudian dikelola oleh Loka Litbang Satwa Primata (L2SP). Lalu di tahun 2007, ia berada di bawah pengelolaan Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Samboja. Di tahun 2011, berubah lagi menjadi di bawah pengelolaan Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA).
Seiring berjalannya waktu pada tahun 2016, Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam diubah menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam. Perubahan tersebut dilakukan dengan tujuan penataran dari stasiun penelitian menjadi UPT (Unit Pelayanan Teknis). Fokus area utamanya adalah penelitian.
Herbarium Wanariset juga dibangun untuk mengelola dan menyediakan basis data koleksi sebagai dokumentasi berbasis bukti untuk penelitian botani, ekologi, taksonomi sistematis, dan etnobotabi. Juga sebagai pusat layanan identifikasi dan penentuan tanaman yang ada di pulau Kalimantan. Tak hanya itu, ia juga berperan sebagai jasa pelatihan identifikasi tumbuhan dan pengelolaan herbarium untuk instansi lain. Juga pusat pendidikan siswa dalam keanekaragaman tumbuhan.
Berbicara soal jumlah koleksi yang ada di Herbarium Wanariset, antara tahun 1989 hingga 1990, ia sudah memiliki 1.735 koleksi dengan 649 spesies yang sudah teridentifikasi. Angka tersebut kemudian bertambah pada tahun 1999. Kala itu Rijksherbarium dari Leiden di Belanda mengirimkan 540 koleksi yang berasal dari Brunei, Sabah dan Sarawak dengan tambahan 603 koleksi dari proyek Barito Ulu. Setiap tahun, ada peningkatan jumlah koleksi dari eksplorasi reguler oleh para peneliti dan teknisi, serta sumbangan dari herbarium dan peneliti lain di dalam dan luar negeri.
Koleksi utama yang ada di Herbarium Wanariset adalah tumbuhan Angiospermae dari beberapa tingkat habitat seperti pohon, liana, schurb, herba, parasit, dan epifit. Ada empat spesimen tumbuhan parasit yang disimpan di sana. Diantaranya Rafflesia pricei Meijer dan Rhizanthes lowii (Becc.), Harms (Rafflesiaceae) dan Balanophora papuana Schltr (Balanophoraceae).
Database koleksi yang ada di Herbarium Wanariset dikelola dengan menggunakan Botanical Research and Herbarium Management System atau BRAHM. Hingga Januari 2019, Herbarium Wanariset menjadi rumah bagi 19.799 koleksi dengan 3.675 spesies yang teridentifikasi.
Guna mendukung penelitian jenis flora yang ada di pulau Kalimantan, Herbarium Wanariset memiliki lemari koleksi yang terdiri dari 1.176 kotak kayu dan mampu menyimpan 150.000 spesimen herbarium, dan 66 kotak untuk menyimpan koleksi kayu (Xylarium). Selain itu ia juga mempunyai empat deep freezer dengan kapasitas 22 box, masing-masing untuk perawatan pembekuan spesimen dan empat unit AC untuk menjaga suhu ruangan.
Berbagai kegiatan dilakukan untuk mendokumentasikan berbagai keanekaraman flora yang ada di Pulau Kalimantan. Diantaranya eksplorasi yang dilakukan untuk mengamati, mengumpulkan spesimen tumbuhan lengkap. Mulai dari daun, bunga, hingga buahnya untuk dijadikan spesimen herbarium.
Keberadaan Herbarium Wanariset tentu sangat membantu banyak pihak. Terutama peneliti dan mahasiswa yang fokus memperdalam ilmu tentang tumbuhan. Ia membantu dalam hal identifikasi dan penentuan tanaman, menyediakan data dan informasi terkait flora Kalimantan, pendampingan penelitian bagi mahasiswa lokal dan internasional, penyimpanan spesimen tumbuhan dari mitra dan peneliti dari instansi lain.
Selain itu ia juga berperan sebagai spesialis tumbuhan dan taksonomi. Juga pendampingan tentang pengelolaan dan pengorganisasian herbarium. Dan pusat pendidikan dan pelatihan bagi siswa dalam keanekaragaman tumbuhan.
Siapa pun bisa mengakses informasi spesimen yang dikoleksi olehnya. Herbarium Wanariset berlokasi di jalan Soekarno Hatta Km 38, Kelurahan Sungai Merdeka, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Jika menemukan tumbuhan yang belum diketahui jenis spesiesnya, bisa dikirim ke Herbarium Wanariset untuk kemudian diidentifikasi. Mahasiswa atau peneliti bisa mengirimkan spesimen tumbuhan yang sedang diteliti baik secara langsung, maupun dikirim melalui jasa pos atau kurir. Biaya layanan yang harus disiapkan untuk mahasiswa adalah Rp.50.000 per sampel, sementara untuk umum adalah Rp.75.000 per sampel.***