Sebanyak 13 dari 62 jenis rangkong dapat ditemukan, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah rangkong terbanyak juga habitat terluas di Asia. Hal ini, sekaligus membuka peluang besar, akan berbagai ancaman keberlangsungan hidupnya.
Mulai dari Enggang papan (Buceros bicornis), Julang emas (Rhyticeros undulatus), Kangkareng Sulawesi (Rhabdotorrhinus exarhatus) dan Rangkong gading (Rhinoplax vigil), mereka mudah dikenali dari ciri khasnya.
Memiliki tubuh yang besar, bersifat monogami dan hanya mampu membesarkan satu anakan, membuat laju populasi rangkong sangat lambat. Mereka juga tergolong hewan yang primitif karena hanya bisa bersarang di lubang alami pada pohon yang tinggi dan besar di dalam hutan.
Investigasi Rangkong Indonesia, mencatat selama tahun 2013 sekitar 6.000 Rangkong gading dewasa diburu di Kalimantan Barat hanya untuk diambil kepalanya. Kemudian, sepanjang tahun 2015, tercatat sebanyak 2.343 paruh Rangkong gading berhasil disita dari perdagangan gelap. Permintaan terbesar hasil perburuan paruh rangkong gading berasal dari Tiongkok.
Rangkong gading merupakan salah satu jenis yang mengalami penurunan jumlah jenis, dalam kurun waktu 3 tahun status konservasinya turun drastis dari hampir terancam Near Threatened (NT) menjadi kirits atau Critically Endangered (CR). Hal ini terjadi karena bagian kepala rangkong gading (balung) diperjualbelikan sebagai hiasan.
Rangkong Indonesia juga melakukan berbagai survei kepada masyarakat lokal sekitar hutan akan keberadaan burung rangkong. Ironisnya, sebagian masyarakat sudah jarang melihat keberadaan burung ini dan sebagian yang lain turut berburu rangkong untuk diperjual-belikan bahkan untuk menjadi santapan karena tidak mendapatkan hewan buruan besar yang mereka cari.
Inilah yang mendasari Rangkong Indonesia sebagai salah satu unit konservasi dari Rekam Nusantara, membuat Program Adopsi Pohon Sarang dan Pakan. Yokyok Hadiprakarsa (Founder Rangkong Indonesia) percaya, salah satu hal yang dapat menekan berbagai ancaman terhadap burung rangkong dan habitatnya adalah dengan melibatkan berbagai pihak.
Tidak hanya melalukan pemantauan rangkong secara rutin, Rangkong Indonesia juga mengajak masyarakat lokal sekitar hutan untuk turut menjaga, mengedukasi dan melatih mereka untuk menjadi local champion yang memantau pohon sarang, pakan bahkan hutan tempat mereka tinggal. Segala dana yang diberikan oleh pengadopsi akan langsung disalurkan kepada mereka.
Isidorus Jefri adalah salah satu masyarakat yang dulunya adalah seorang pemburu rangkong yang kini menjadi bagian dari tim lokal Rangkong Indonesia. Karena itu, ia memiliki kemampuan dalam memahami kondisi hutan. Kini, ia dan masyarakat lainnya sudah mulai menyadari betapa pentingnya menjaga rangkong dan hutan, juga sudah merasakan berbagai manfaat dan solusi ekonomi alternatif.
Dengan program adopsi yang berjalan, harapannya, masyarakat lokal mampu berdaya mengelola desa dengan tidak berburu atau memperjual-belikan rangkong namun dari dana program adopsi yang terkumpul. Sehingga, masyarakat lokal dapat berdaya, rangkong dan habitatnya tetap terjaga.
Bagi yang tertarik untuk Donasi atau Adopsi dapat menghubungi kontak berikut untuk informasi lebih lanjut,
Email: kontak@rangkong.id
Intagram & Twitter: @RangkongID
Facebook: Rangkong Indonesia
#YangSetiaYangDijaga #SaveHelmetedHornbill #SaveEnggang