Di tengah ancaman terhadap satwa liar, sebuah cerita positif muncul dari Dusun Pulan, Kalimantan Barat. Florensius Mampang, seorang warga setempat, tanpa sengaja menemukan seekor Kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus) dengan sayap terluka saat dalam perjalanan pulang dari ladang.
Florensius segera melaporkan temuannya kepada Rangkong Indonesia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Wilayah II Sintang, menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan satwa langka ini.
Setelah menerima laporan, BKSDA segera mengambil tindakan dengan mengirimkan burung tersebut ke Yayasan Penyelamatan Orangutan Sintang (YPOS) untuk mendapatkan perawatan yang diperlukan. Burung Kangkareng hitam ini akan dirawat dengan penuh perhatian hingga siap dilepaskan kembali ke habitat aslinya di hutan Kalimantan, di tempat ia pertama kali ditemukan.
Kalimantan merupakan rumah bagi delapan dari 13 jenis rangkong di Indonesia, menjadi pusat perhatian dalam upaya pelestarian satwa langka ini. Sejak 2017, Rangkong Indonesia, yang beroperasi sebagai unit konservasi dari Rekam Nusantara, telah aktif melakukan penelitian populasi dan edukasi kepada masyarakat di sekitar hutan. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan melibatkan warga dalam menjaga kelangsungan hidup rangkong di daerah mereka.
Kabar baik dari Dusun Pulan ini tidak hanya memberikan harapan bagi kelestarian rangkong, tetapi juga menyemangati Rangkong Indonesia untuk terus memperluas program penyadartahuan mereka.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang peduli, diharapkan upaya pelestarian ini dapat menjangkau lebih banyak desa dan komunitas yang lebih luas, menjaga rangkong tetap terbang tinggi di hutan-hutan Kalimantan.