Kembali terjadi kebakaran lahan gambut di Indonesia, dan kali ini wilayah Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan menjadi area yang terkena dampak paling luas. Lahan gambut memegang peranan kunci bagi manusia dalam menghadapi krisis iklim serta menjaga keberlanjutan kehidupan di bumi, di mana ia diibaratkan sebagai "emas hitam".
Indonesia hampir setiap tahun menghadapi ancaman dari komunitas internasional akibat kebakaran hutan dan lahan (KARHUTLA) yang merugikan berbagai pihak dan sektor, baik secara nasional maupun internasional. Kebakaran tersebut sulit dipadamkan karena sumber api tersembunyi di bawah permukaan tanah yang dengan mudah menyebar.
Meskipun hanya mencakup 3% dari total luas lahan global, lahan gambut memiliki kapasitas penyimpanan karbon global sebesar 25%, dua kali lipat lebih banyak daripada yang disimpan oleh hutan di seluruh dunia. Pada kebakaran hutan tahun 2019, ditemukan bahwa 1,6 hektar yang terbakar merupakan lahan gambut.
World Resources Institute mengungkapkan bahwa jumlah bahan bakar yang terbakar dalam kebakaran tersebut setara dengan 22.713 liter bensin, atau sekitar 450 mobil rata-rata di Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi lahan gambut untuk dikelola dengan baik guna mencegah terjadinya krisis iklim serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Lahan gambut Indonesia sendiri menyumbang 10% dari total lahan gambut di dunia, yang berperan dalam menjaga keanekaragaman hayati global. Selain itu, lahan gambut juga berfungsi sebagai sumber air minum yang aman, membantu mengurangi risiko banjir, dan menjadi sumber mata pencaharian bagi penduduk setempat.
Namun, pengelolaan lahan gambut tidak hanya menjadi tanggung jawab Indonesia semata. Setiap negara di dunia perlu menjadikan restorasi lahan gambut sebagai komitmen mereka, sesuai dengan perjanjian Paris mengenai perubahan iklim. Hal ini menekankan perlunya kerjasama global untuk menjaga kelestarian lahan gambut sebagai upaya penanggulangan perubahan iklim secara efektif dan berkelanjutan.
Tonton Serial Nusantara Kaya Emas Hitam di Tengah Krisis Iklim di sini