Pada 11-12 Januari 2025, tim kami melaksanakan kunjungan lapangan penuh wawasan ke wilayah Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari dan Pelabuhan Perikanan Nusantara Nizam Zachman. Momen ini menjadi tonggak penting dalam kolaborasi bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI, Cefas (Centre for Environment, Fisheries and Aquaculture Science), serta Rekam Nusantara Foundation melalui proyek IWT Challenge Fund (Darwin IWT 057).
Bersama perwakilan CEFAS, Joanna Murray (Marine Wildlife Trade and Bycatch Lead, CEFAS) dan Paula Schiefer (Senior Fisheries Anthropologist, CEFAS), serta tim LPSPL Serang, kami berdiskusi intensif dengan otoritas pelabuhan dan para pelaku usaha produk hiu dan pari. Kunjungan ini bukan sekadar observasi, tapi upaya membangun sinergi untuk pengelolaan perikanan berkelanjutan.
Sistem Pengumpulan Data Tangkapan Hiu
Bagaimana mekanisme pencatatan data hasil tangkapan? Kami mendalami jenis informasi yang direkam oleh petugas pencatat. Pencatatan hasil tangkapan dilakukan oleh dua pihak, mereka menyebutnya enumerator PIT dan enumerator dari LPSPL. Perbedaan pihak pencatat terletak pada jenis informasi yang tercantum. Enumerator PIT berfokus pada pencatatan berat tangkapan dengan komponen hiu atau pari. Berbeda dengan enumerator LPSPL, pihak ini mencatat informasi lebih detail mulai dari komponen jenis dan panjang individu.. Data akurat menjadi kunci untuk kebijakan berbasis sains.
Rantai Niaga Produk Hiu dan Pari
Dari nelayan hingga eksportir, alur distribusi produk hiu dan pari ternyata kompleks! Kami menelusuri peran pengumpul lokal, pabrik pengolahan, hingga dinamika pasar global. Pelaku usaha umumnya bermitra dengan perusahaan besar untuk mendistribusikan produk tangkapan seperti tulang dan sirip. Tidak hanya tulang dan sirip yang memiliki minat tinggi di pasaran global. Kulit dan daging hiu kini juga dilirik - beberapa bagian dimanfaatkan untuk industri farmasi dan fashion.
Komitmen untuk Laut yang Lebih Sehat
Sebagai negara dengan keanekaragaman hiu dan pari terbesar di dunia, Indonesia memikul tanggung jawab global untuk memastikan praktik perikanan berkelanjutan. Proyek ini bertujuan mengubah paradigma pengelolaan sumber daya laut, menggabungkan ilmu pengetahuan, kebijakan, dan kearifan lokal. Tujuannya jelas: melindungi biodiversitas laut seraya menjaga mata pencaharian masyarakat pesisir.
Kolaborasi ini membuktikan bahwa upaya konservasi tidak bisa dilakukan sendirian. Dengan semangat gotong royong, kami yakin Indonesia bisa menjadi contoh bagi dunia dalam menjaga kelestarian hiu dan pari—warisan berharga untuk generasi mendatang.
Terima Kasih untuk Para Pejuang Laut! Mari terus bergerak bersama untuk laut yang lebih biru, ikan yang lestari, dan masa depan yang berkelanjutan
Catatan Editor: Artikel ini bagian dari inisiatif edukasi publik untuk mendukung SDG 14: Kehidupan Bawah Laut.