Kunjungan ke TPSTT Bantar Kemang, RT Prioritas Cibuluh dan TPS3R Mekarwangi

Share :

Rekam Nusantara bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor untuk mengelola 2 TPS di Kota Bogor, khususnya Mekarwangi dan Bantar Kemang. Kerja sama ini dilakukan untuk mengimplementasikan program Plastic Smart Cities (PSC) sejak tahun 2021 yang bertujuan untuk menghilangkan polusi sampah plastik di alam pada tahun 2030.

Inisiatif ini pertama kali dilakukan oleh Satgas Naturalisasi Ciliwung Kota Bogor yang bertugas mendampingi warga di sekitar bantaran Sungai ciliwung untuk mengelola sampah dengan bijak yang sampahnya diangkut ke TPST Bantar Kemang dan TPS3R Mekarwangi.

Kegiatan site visit dilakukan untuk mencoba mendokumentasikan apa yang dilakukan warga di suatu wilayah dan untuk mengetahui bagaimana pendampingan teman-teman Satgas dalam proses pemilahan dan edukasi sampah.

Meskipun belum 100% warga mampu memilah sampahnya, namun ada upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemilahan sampah yang benar.

Rekam Nusantara selaku Waste Management mengelola operasional antara Mekarwangi dan Bantar Kemang. Sampah dari wilayah RT prioritas yang didampingi Satgas akan diangkut ke TPST Bantar Kemang untuk dilakukan pemilahan kembali dan sampah yang sudah benar-benar terpilah diangkut ke TPS3R Mekarwangi. Oleh karena itu, sampah organik, anorganik, dan residu tidak bercampur, semuanya ada pada tempatnya. 

Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Kemang merupakan tempat penyimpanan sampah sementara, karena disana tidak ada kegiatan reduce, reuse, dan recycle, sehingga hanya pengangkutan dan pemilahan saja. Dimaksudkan terpadu adalah pemisahan antara jenis sampah organik, anorganik, nilai sampah ekonomis, dan residu.

Sedangkan, TPS3R Mekarwangi adalah tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle) dan merupakan tempat dilakukannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan kembali, dan daur ulang dalam skala kawasan.

Site visit dilakukan tanggal 12 Desember 2023 mengajak teman-teman media lokal dan nasional seperti Radar Bogor, Detik, Pojoksatu, Okezone, Bogor 24 Update, Tribun dan Metro TV untuk memahami pengolahan sampah yang sedang dilakukan dengan pola yang telah diupayakan. 

Perubahan yang terjadi di masyarakat akan memudahkan pemilahan dan juga management yang ada di TPS. Dengan konsep 3R, berfokus pada pengurangan sampah plastik, pengurangan penggunaan bahan plastik, dan membangun ekonomi sirkular, sehingga sampah tidak berakhir di lingkungan alam dan sungai yang bermuara ke lautan.

Inisiatif ini didasarkan atas kerja sama para pemangku kepentingan yang telah menemukan pola dalam pengelolaan sampah, khususnya di Kota Bogor. Inisiatif ini berpotensi menjadi kebijakan baru.

Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya konsumsi, penggunaan plastik tidak dapat dihindari, sehingga kondisi di hilir menjadi sampah. Dalam hitungan berat, sebagian besar plastik memang ringan, namun dalam jumlah lembar atau keping, jumlahnya luar biasa banyak.

Contohnya plastik mie instan memiliki bungkus yang ringan, namun jika dijumlah lembaran, 1 kg sama dengan 800 lembar. Ketika plastik lembaran ini bocor tidak terkelola akan mencemari lingkungan. Mencemari tanah berpengaruh pada pertanian, mencemari air berdampak pada ekosistem yang ada di perairan baik di sungai maupun lautan. Inilah sebabnya tidak bisa dipungkiri jumlah plastik yang digunakan akan terus meningkat seiring berjalannya waktu.

“Bersama-sama kita dapat mendorong semua pihak untuk mempertanggungjawabkan plastik ini. Plastik yang sudah kita gunakan harus dikelola, seperti yang sudah dilakukan oleh teman-teman Satgas saat melakukan pendampingan kepada RT prioritas. Sampah dipilah, dikelola dan diolah dengan upaya khusus untuk memastikan tidak menimbulkan masalah,” ucap Parno sebagai tim Satgas.

Salah satu RT prioritas adalah RT 05 RW 05 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur lokasinya berada di dekat sungai ciliwung dan pengelolaan sampahnya buruk, sehingga wilayah ini menjadi dampingan dari tim Satgas.

Setiap RT prioritas akan diberikan sarana dan prasarana berupa tempat sampah organik dan anorganik untuk melakukan pemilahan di tingkat rumah tangga. Dengan sarana dan prasarana tersebut, hampir 50% warga Kelurahan Baranangsiang sudah memilah dengan tepat.

Neni Nuraeni, warga RT 05 mengatakan, “Alhamdulillah saat ini ada program PSC, saya berharap kedepannya akan lebih banyak lagi program yang menghasilkan untuk menambah ekonomi. Semoga kedepannya ada semacam pelatihan kepada warga lainnya untuk mengolah sampah plastik, seperti cangkang kopi yang kita konsumsi sehari-hari untuk dijadikan bahan kreatifitas”.

“Bagi saya pribadi, ada nilai ekonomisnya. Ternyata dari bahan cangkang kopi bisa dimanfaatkan untuk membuat keranjang, tempat tisu, tas, bahkan tiker,” tambahnya.

Neni Nuraeni memiliki keunggulan dalam memanfaatkan sampah anorganik untuk membuat bahan kreatif, sedangkan Siti Salmah memiliki kelebihan dalam memanfaatkan sampah organik untuk dijadikan kompos.

“Sampah organik seperti nasi, buah-buahan, dan sayur-sayuran dimasukkan ke lubang biopori. Alhamdulillah, kelebihannya sampah tidak mengeluarkan bau yang tidak sedap,” ucap Siti Salmah.

Jumlah sampah organik yang dapat dimasukkan ke dalam 4 lubang biopori tersebut setara dengan setengah kilogram per hari. Tanah yang digunakan untuk lubang biopori berbeda-beda, ada yang cepat pembusukannya dan ada pula yang lambat. 

Jika pembusukannya lambat, bisa diambil kembali saat sudah menjadi kompos. Jika tanahnya bagus, tidak perlu lagi mengambil sampah organiknya, karena sampah habis terurai dengan sendirinya,

“Inilah upaya yang dilakukan Satgas ciliwung, tidak hanya mengedukasi sampah itu dibuang pada tempatnya tapi juga mendampingi pemanfaatan sampah itu seperti apa. Ada lubang biopori, kita kenalkan kepada warga sehingga sampah benar-benar dipilah sesuai dengan yang dituju untuk mengurangi kebocoran sampah ke alam,” ucap Ady.

Satgas Ciliwung tidak hanya mengimbau warga untuk memilah sampah, tapi juga berfokus menjadikan wilayah yang didampinginya tertata rapi, kebersihannya terjaga dan tata kelola lingkungannya menjadi lebih baik.

Sampah dari RT 05 akan diangkut ke TPST Bantar Kemang untuk dilakukan pemilahan, dibersihkan dan dikeringkan plastiknya.

Syawal Supervisor TPST Bantar Kemang mengatakan, “Sampah yang kami olah adalah sampah plastik yang bernilai ekonomis. Untuk residu dan organik, sementara ini masih kami buang ke TPA”.

Ia menambahkan, “Awalnya kami mengolah sampah organik yang berlokasi di Pasir Angin untuk pakan maggot, namun disana sedang ada kendala dari kandang maggotnya karena ketiban pohon bambu, sehingga terpaksa dibuang lagi ke TPA”.

TPST Bantar Kemang menghasilkan sampah yang bernilai ekonomi 100-150 kg, plastik 50-80 kg, residu 150-180 kg, dan sampah organik lebih banyak sekitar 200-250 kg.

Komponen sampah plastik terbagi menjadi high value dan low value. Sampah low value atau multilayer tidak dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk memproduksi ulang produk, namun dapat diolah menjadi produk lain.

Seperti di TPS3R Mekarwangi, terdapat mesin yang mengolah sampah plastik low value menjadi barang yang dapat digunakan untuk menjadi komponen lainnya. Saat ini sedang bekerja sama dengan PT Jauhar Hidromekatron untuk membuat sumur resapan. Bahan bakunya adalah plastik low value yang diangkut dari rumah warga.

Dahulu sampah hanya sekedar dikumpulkan, diangkut, dan dibuang. Saat ini, hal tersebut tidak lagi terjadi, dan tidak hanya pengumpulan yang dilakukan, namun pengumpulannya dipilah, angkutnya dikurangi, dan buangnya ditiadakan.

“Sampah merupakan hasil aktivitas banyak orang. jika kita mengelola sumbernya dengan baik setelah beraktivitas maka sampah tersebut akan dipilah dan tidak menumpuk. Sampah itu bermasalah kalau sudah banyak, jika didiamkan akan menjadi suatu persoalan. Hal ini perlu diubah, bahwa pengelolaan lingkungan harus dimulai sejak dini dan melibatkan berbagai pihak,” kata Denni Wismanto Ketua Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor.

“Kita harapkan skala lingkungannya selesai. Kota Bogor mempunyai 68 kelurahan dan semuanya punya tempat seperti TPS3R Mekarwangi yang dikelola secara optimal, pasti 5 tahun kedepan TPA kita umurnya panjang. Model seperti ini diperbanyak sebagai satu contoh yang nantinya bisa diduplikasi di tempat lain. Jadi, jika ini berhasil, skala sudah jelas, nilai ekonomi sudah jelas, nanti duplikasinya akan jauh lebih mudah,” tambahnya.

Setelah dukungan diperluas ke 55 RT, sampah yang dikelola di TPS3R Mekarwangi berjumlah 8 ton sampah plastik yang tidak lagi terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

Een Irawan Putra, Sekretaris Satgas mengungkapkan, “Saya melihat apa yang sudah berjalan sampai hari ini, kami optimis pengelolaan sampah selesai di wilayah. Dari situ, ada kemungkinan 20% sampah berakhir di TPA. Perlu adanya kolaborasi, Dinas dan Pemerintah juga mempunyai keterbatasan waktu, kami butuh adanya kebijakan, legalitas, dan dukungan anggaran APBD untuk mensubsidi biaya-biaya yang tidak dapat ditanggung oleh program kerja yang ada”.

Kota Bogor merupakan salah satu best practice yang dapat ditiru oleh kota-kota lain di seluruh dunia dalam hal pengelolaan sampah. PSC kota Bogor sebenarnya mengundang kemampuan dari seluruh sektor untuk memobilisasi sumber daya untuk pengelolaan sampah plastik, terutama di rumah tangga yang memerlukan perubahan perilaku.

“Kami menunggu Peraturan Wali Kota (Perwali) yang membatasi penggunaan plastik sekali pakai, karena pembatasan kantong plastik sudah tidak berhubungan lagi dengan permasalahan yang terjadi di Sungai ciliwung, yang kita butuhkan adalah peraturan soal pembatasan penggunaan plastik sekali pakai,” Andik WWF.

Masyarakat Kota Bogor kurang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan. Sejak dibentuknya Satgas Naturalisasi Ciliwung, tumpukan sampah mulai dari Bantar Kemang hingga Kedung Halang sudah tidak ada.

“Kami dari TNI sangat-sangat mendukung terhadap lingkungan hidup, karena lingkungan ini termasuk dalam kesejahteraan masyarakat dan pemulihan perekonomian juga. Sampah dianggap sepele, tapi jika disepelekan menjadi masalah besar,” ucap Suharja TNI AD.

Idan dari PT Jauhar Hidromekatron menyadari tantangan yang ada di Kota Bogor saat ini. Awalnya jumlah penduduk tidak terlalu banyak, sekarang permasalahan-permasalahan lingkungan yang muncul sudah semakin banyak. Generasi muda harus mampu mengatasi tantangan dan belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya.

“Harapan kegiatan pengelolaan sampah ini dilakukan secara konsisten, karna investasi apapun baik itu investasi sumber daya manusia, investasi alam, investasi bangunan, jika tidak dilaksanakan secara konsisten maka akan menimbulkan masalah,” pungkas Denni Wismanto.***

Others Blogs