Indonesia adalah salah satu habitat ideal untuk rangkong. Terletak di jalur khatulistiwa, membuat hutan tersinari matahari sepanjang tahun, sehingga ketersediaan buah pakan selalu melimpah. Hal ini membantu rangkong dalam memenuhi kebutuhan hidup dan juga pohon sarangnya.
Menurut penelitian, rangkong mengonsumsi antara 200 hingga 600 gram buah perhari*. Sehingga mereka dikenal sebagai frugivorous yang berarti buah adalah pakan utamanya. Buah pakan ini memiliki kriteria yaitu buah segar berkulit keras (husked), berdaging (drupaceus) yang penuh akan lemak (fig), air dan berbagai nutrisi yang akan diserap oleh tubuhnya.
Ketika musim berbuah, rangkong akan hinggap dan makan di atas kanopi pohon. Menggunakan paruhnya untuk menghancurkan buah, melumat, melemparkan ke udara, lalu menelannya. Buah yang sudah jatuh dan berada di atas tanah, tidak termasuk ke dalam daftar menu.
Di sinilah, rangkong dan peranannya di alam semakin erat. Biji dari buah yang dimakan, akan rangkong keluarkan dengan cara dimuntahkan atau melalui kotorannya. Dengan kemampuan terbangnya sejauh 100.000 m2, biji yang terjatuh ke lantai hutan akan berkembang menjadi pohon-pohon baru.
Ketika musim berbiak tiba, peran jantan dan betina dalam menyebarkan benih hutan baru memiliki bagiannya masing-masing. Rangkong betina akan mengurung dirinya di dalam sarang pada lubang pohon alami dan bergantung pada sang jantan. Karena rangkong adalah salah satu burung yang menjaga kebersihan, sang betina akan mengeluarkan kotoran (spraying) keluar dari sarang.
Sedangkan sang jantan memiliki insting dalam menjaga sarang dan ketersedian pakan untuk pasangannya. Sehingga dalam jangka waktu ini, daya jelajahnya lebih sempit. Ketika perjalanannya dari pohon pakan ke pohon sarang saat menyuapi betina, tak jarang buah yang ia bawa jatuh ke lantai hutan dan tumbuhlah pohon baru. Regerenasi hutan pun terjadi di sekitar pohon sarang.
Siklus inilah, yang akan terus berputar selama rangkong hidup. Dari peran pentingnya, menjadikan burung rangkong disebut sebagai Petani Hutan Sejati.
Namun, hidup rangkong semakin terancam. Perburuan, perdangan dan rusaknya hutan mempercepat laju kepunhannya. Hubungan yang erat antara rangkong dan alam ini akan semakin singkat. Rangkong Indonesia sebagai salah satu unit konservasi dari Rekam Nusantara telah menggalang upaya untuk menekan lajunya melalui program donasi dan adopsi pohon.
Sehingga, tidak hanya rangkong dan hutan yang menjalin peranan penting, tetapi manusia juga turut andil dalam menjaga keberlanjutan ekosistem alam.
*Sumber: buku The Ecology and Conservation of Asian Hornbills: Farmers of the Forest", Karya Kinnaird dan O'Brien Tahun 2005.