Empat tahun lalu, Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto membentuk Satuan Tugas Naturalisasi Sungai Ciliwung. Ia dibentuk untuk memulihkan kondisi sungai yang membentang sepanjang 119 km itu dari berbagai permasalahan pelik. Timbunan sampah, pencemaran limbah, sedimentasi dan sebagainya. Dalam perjalannya, banyak capaian yang sudah dihasilkan. Meski beberapa hambatan juga masih ditemui. Apa saja capaian dan tantangan yang dihadapinya?
Sekretaris Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung Een Irawan Putra dalam acara diskusi di Bogor Selasa (29/11/22) mengatakan, awal dibentuk Satgas bermula dari sebuah gerakan sosial yang diinisiasi oleh Komunitas Peduli Ciliwung (KPC). Kala itu Een dan beberapa rekannya rutin mengajak warga untuk melakukan aksi mulung sampah di sungai Ciliwung, khususnya yang berada di wilayah Kota Bogor. Semula kegiatan tersebut dilakukan seminggu sekali.
Gerakan tersebut kemudian terus berkembang. Meski begitu ia sadar betul, memulihkan kondisi Sungai Ciliwung tak cukup hanya melakukan kegiatan mulung sampah. Perlu ada kesadaran kolektif dari berbagai pihak. Baik itu masyarakat, swasta, pemerintah dan lainnya untuk bersama-sama memulihkan Sungai Ciliwung.
“Satgas ini memang perjalannya panjang. Dulu setiap minggu bertahun-tahun kita mulung sampah di ciliwung. Tapi kita sadar kalau terus begini, ini tidak akan efektif. Kita mempelajari prosesnya. Menganalisis apa solusi terbaik yang harus dilakukan? Akan sulit membuat solusi kalau hanya berdasarkan teori asumsi. Tak mungkin maksimal. Untuk memulihkan Sungai Ciliwung dulu itu permasalahannya ada benturan birokrasi, atensi pemimpin di pemerintahan rendah. Juga perilaku masyarakat banyak yang masih membuang sampah ke sungai. Permasalahannya banyak tak bisa hanya diselesaikan di satu aspek saja,” paparnya.
Di sisi lain, ego sektoral di kalangan Pemerintah juga masih terus terjadi. Berbagai proyek untuk memulihkan kondisi Sungai Ciliwung hanya didasari pada tupoksi, anggaran dan wewenang masing-masing Lembaga yang cenderung tidak berkesinambungan. Untuk duduk bersama menyatukan gagasan, kolaborasi dan turun langsung ke lapangan secara langsung dirasa sulit.
“Harus ada cara lain untuk membangun gerakan Bersama dan inisiasinya harus riil. Hal ini yang direspon baik oleh Pak Walikota. Karena itu lahirlah Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung,” ujarnya.
Dalam perjalananya beberapa capaian baik sudah diraih. Tim Satgas secara aktif melakukan edukasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai untuk mengelola sampahnya dengan bijak.
Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto beberapa waktu lalu mengatakan, edukasi yang terus dilakukan oleh Tim Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung membuahkan hasil yang baik. Hal yang paling jelas terasa, yakni berkurangnya timbunan sampah. Kualitas air Sungai Ciliwung juga semakin jernih. Di sisi lain, Satgas juga terus berupaya mencari solusi tepat guna membenahi tata kelola Sungai Ciliwung.
“Paling penting kultur warga sekarang lebih baik. Lebih banyak orang terlibat. Dulu hanya segelintir orang.”
Bima mengklaim kinerja Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung mampu mengurangi timbunan sampah plastik sebanyak 500 kilogram per hari. Titik timbunan sampah di sepanjang aliran sungai itu juga berkurang 70%.
“Capaian yang sudah diraih perlu terus ditingkatkan. Kita harus bersiap. Mengingat masa jabatan Walikota Bogor akan segera berakhir. Saya berharap meski nanti ada Walikota baru, kegiatan yang sudah dilakukan oleh Satgas ini bisa terus dilanjutkan,” kata Een.
Karena itu, Een mendorong agar kegiatan Satgas bisa berjalan lebih mandiri. Tidak hanya mengandalkan pembiayan yang bersumber dari APBD. Beberapa langkah strategis guna mendorong hal itu, juga sudah dilakukan. Lewat program Plastic Smart Cities (PSC), kerjasama antara Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung Kota Bogor dengan gerakan yang diinisiasi oleh WWF itu, terjalin baik. Beberapa kerjasama yang terjalin diantaranya pembangunan TPS3R Mekarwangi, revitalisasi beberapa TPS3R dan lainnya.
Di sisi lain, beberapa hambatan juga masih ditemui. Dinamika antar anggota Satgas, tidak efektifnya komunikasi dengan warga dalam upaya penyadartahuan, masih terjadi. Een bilang, hal itu harus segera diatasi.
“Saya meminta teman-teman ngider untuk memahami permasalahan di wilayahnya. Memetakan aktor yang ada di wilayahnya. Saya paham pasti akan ada dinamika yang berkembang di masyarakat. Ada yang bosan, ogah-ogahan dan macam-macam. Teman-teman Satgas juga latar belakang pendidikan, pekerjaan dan pengalamannya kan berbeda-beda. Jadi memang tidak mudah. Tapi harus diusahakan,” katanya.
Een bilang, Satgas juga harus terus memunculkan inovasi guna mendukung upaya naturalisasi Sungai Ciliwung. Tidak bisa hanya mengerjakan hal-hal yang datar, rutinitas biasa saja. Ibarat sebuah film, harus ada titik klimaksnya. Dalam artian, grafik kinerja Satgas harus terus naik.
“Saya berharap kinerja Satgas grafiknya naik terus, capaian misinya behasil. Itu yang harus kita pikirkan. Itu mengapa saya berharap mulai hari ini kita berpikir dua tahun ke depan apa yang bisa kita tingkatkan, agar ada legacy yang baik.”
Ia menegaskan, kinerja yang sudah dibangun dan berjalan hingga saat ini harus dikerjakan dengan hati. Sehingga membawa kepuasan kepada semua pihak, khususnya terhadap orang-orang yang terlibat di tim Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung.
“Memang ada leader yang kesulitan berkomunikasi dengan warga. Juga masih ada anggota yang masih ogah-ogahan. Ini harus kita benahi. Apa yang dilakukan oleh kita saat ini pasti ada dampaknya. Mengubah perilaku warga di sungai Ciliwung. Sekarang sudah baik dan masih terus di-improve. Tapi gak bisa lambat, harus cepat,” ujarnya.
Apalagi dengan kerjasama yang terjalin Bersama PSC, lanjut Een, hal itu merupakan peluang yang sangat baik guna mendukung kinerja Satgas. Tak hanya membangun beberapa infrastruktur untuk mengolah sampah agar tidak masuk ke badan Sungai Ciliwung. Kerjasama itu juga sekaligus bisa meningkatkan kapasitas anggota Satgas lewat beberapa pelatihan yang dijalankan.
“Kendala yang ada itu sebenarnya tak besar. Bisa kita kendalikan. Saya optimis jalan. Kerjasama dengan PSC adalah peluang besar. Tinggal teman-teman Satgas mau ambil atau tidak. Ini kesempatan yang tidak akan datang dua kali,” katanya.
Lewat kerjasama pembangunan beberapa infrastruktur pengolahan sampah, Een bilang, hal itu bisa sekaligus mendukung konsep sirkular ekonomi. Ada peluang bisnis yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk operasional Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung. Jika ini diterapkan dengan baik, ke depan ia yakin Satgas bisa mandiri dan tidak menggantungkan pendanaan dari APBD.
“Sekarang kita sedang membangun TPS3R di Mekarwangi. Kemudian ada TPS3R yang akan direvitalisasi di Bantar Kemang. Lalu juga rencana pembangunan TPS3R di Warung Jambu. Saya ingin tim Satgas belajar sirkular ekonomi. Peluang dan potensinya ada di situ. Dukungan dari PSC harus benar-benar dioptimalkan. Kita harus berpikir lebih jauh lagi. Membuktikan sampah tidak harus selalu dibawa ke TPA. Apalagi dibuang ke sungai,” pungkasnya.***